Minggu, 04 Maret 2012

Jejak Tradisi Menghafal Dalam Islam

    Lima belas abad yang lalu , ketika al-qur'an pertama kali di turunkan , masyarakat Arab dikenal banyak mengandalkan hafalan .Proses transformasi ilmu secara verbal , kendati ada beberapa di antara mereka yang pandai baca tulis . Para sahabat berlomba dalam menghafal , sehingga jumlah' huffaz' atau 'qurra' pada mas aitu tidak terbilang . Mereka adalah generasi yang telah dipersiapkan untuk menjamin keterpeliharaan al-qur'an . Dengan hafalan al-qur'an terpelihara , selain tulisan yang juga dilestarikan .    QS.Al-Hijr 19 : "Memang menyatakan ALLAH yang akan memeliharanya , tetapi penggunaan ungkapan 'Wainna lahu lahafizhun' mamberi kesan adanya keterlibatan pihak-pihak lain , termasuk para penghafal al-qur'an . Jaminan ini tidak berlaku pada kitab suci lain . Para ulama dan pendeta Yahudilah yang diperintahkan memelihara kitab ALLAH ,"Bimastuhfizhu min kitabillahi".(QS.Al-Maidah : 44).
    Kemampuan menghafal bangsa Arab memang sangat mengagumkan . Ibnu Abbas misalya , selain al-qur'an juga hafal berbagai syair Arab klasik ( jahiliyah ) . Bahkan ketika Umar Ibn Abi Rab'iah membacakan 70 bait syair dia langsung menghafalnya dengan sekali dengar secara baik . Setiap kali ditanya oleh Ibn al-Azraq tentang makna kosa kata sulit dalam al-qur'an dengan piawai ia mendatangkan dari hafalannya berbagai syair Arab yang menjelaskan maknanya . Imam Thawus , seorang tabi'in , setiap kali mengajarkan hadist melalui hafalan selalu disertai dengan menyebutkan jumlah bilangan hurufnya ( Siyar A'lam al-Nubala 5/46 ) .
    Media simpan dan transpormasi ilmu saat itu memang tidak seperti sekarang . Hafalan menjadi andalan . Tidak berbelebihan jika dikatakan tradisi keilmuan Islam yang pernah melahirkan peeradaban gemilang selalu dimulai dari hafalan .Ulama dan ilmuan Muslim memulai karir keilmuannya dengan menghafal al-qur'an , hadist, dan ilmu-ilmu dasar keislaman lainnya . Seperti dikemukakan Imam al-Nawawi , mereka memulai belajar dengan menghafal al-qur'an . Ilmu hadist , fiqih dan lainnya baru diajarkan setelah hafal al-qur'an . Itu dimulai dengan menghafal mukhtashar setiap disiplin ilmu, dengan dimulai dari yang terpenting yaitu fiqih , kemudian nahwu, hadist,dan seterusnya ( Al-Majmu' 1/38 ). Pentingnya hafalan di awal masa studi juga dikemukakan Ibn Abd al-Barr ." Menurut ilmu ada tingkatan-tingkatannya , yang harus dilalui adalah menghafal al-qur'an dan memahaminya . Segala ilmu yang mendukung pemahaman al-qur'an harus dihafal oleh mereka yang ingin pandai ilmu agama " ( Jami bayan al-'ilm wa fadhlihi, h 526 ).
    Tradisi hafalan melahirkan model lembaga pendidikan yang disebut" kuttab " , yaitu tempat memperoleh pendidikan dasar pada awal Islam yang hampir ada disemua kota atau desa . Disitu baca tulis diajarkan selain hafalan , mulai al-qur'an dan hadist sampai pada ilmu-ilmu lain . Model"katatib"( jamak kuttab ) sampai sekarang masih lestari dibanyak negara Islam di Timur tengah dan Afrika . Untuk memudahkan ingatan , para Ulama Islam menyusun berbagai matan dan manzhumat  berupa bait-bait syair yang berisi ringkasan pembahasan setiap disiplin ilmu . Matan dan Manzhumat itu bertingkat , mulai dari yang dasar sampai tingkat tinggi . Prinsip yang ditanamkan , man hafidza al-mutun haza al-funun ( siapa yang hafal matan-matan , maka ia telah mengusai banyak disiplin ilmu )  . 
    Tradisi menghafal matan dan manzhumat saat ini sudah banyak ditinggalkan dalam sistem pendidikan Islam modern . Mengikuti sistem pendidikan Barat , banyak orang beralih dengan lebih menekankan pemahaman . Hafalan hanya akan menghasilkan manusia seperti kaset atau compact disk . Begitu kata sebagian mereka . Sistem pendidikan Barat sebenarnya tidak meninggalkan hafalan , tetapi metode yang digunakan jauh lebih bervariasi , sehingga melalui permainan , lagu , puzzle , dll. anak seakan sekalau dirinya sedang menghafal . Hafalan sangat membantu dalam menemukan kembali unsur-unsur yang penting pada waktu dibutuhkan . Imam Ibnu Hazm tidak khawatir ketika penguasa saat itu membakar kitab-kitabnya , karena ilmunya tersimpan baik didalam dada . Pengetahuan terletak didalam hati , bukan dalam catatan . Kita mesti berfikir lebih kreatif untuk membuat anak senang menghafal , bahkan bila perlu membuatnya seakan tidak merasa sedang menghafal karena kebiasaannya menghafal . Mulailah dari al-qur'an dan hadist . Insyaalaah dengan niat semua itu akan mudah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar